Minggu, 28 November 2010

Kerinduan Terhadap Sisi Lain


Beberapa waktu terakhir ini saya kembali teringat perjalanan saya tentang jati diri. Ya, saya kembali teringat pada pendakian gunung. Sudah lebih dari dua tahun saya berada didalamnya. Proses yang pada awalnya hanya berawal dari inspirasi Soe Hok Gie dalam film Gie produksi Miles Productions, namun sekarang seolah sudah menjadi aliran dalam darah saya.
Jati diri menjadi adalah sesuatu yang berharga bagi saya. Mengutip buku 5 cm, “ada yang bilang kalo idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki generasi muda.. tapi, kita akan buktikan kalo itu salah !” Saya menganggap jati diri sama dengan idealisme. Sebuah gagasan fundamental yang dimiliki oleh manusia yang menginspirasi dalam segala tindakannya. Oleh karenanya jati diri adalah suatu hal yang penting karena berharga bagi saya.
Ketika banyak generasi jaman saya pergi menikmati kemudahan jaman, saya malah pergi menikmati sulitnya untuk berjung sekedar untuk hidup. Teman-teman saya pergi kemall degan segala fasilitas, saya malah pergi kegunung yang minim fasilitas. Teman-teman saya bermain didalam cahaya terang, saya berjalan menuju kegelapan. Disaat teman-teman saya berteduh menghindari air hujan, saya malah berjalan ditengah hujan. Ketika teman-teman saya merasakan kehangatan dibalik selimut berbenteng dinding kamar, saya meringkuk kedingingan ditengah badai. Mungin ada yang berubah dalam otak saya. Apa yang sebenarnya saya cari, mungkin terdengar gila namun saya menyukai hal-hal tersebut. Dan kalau ditanya mengapa saya melakukannya, saya pun tidak bisa menjawab. Alasan hanya karena suka pun bukan lah jawaban yang tepat.
Digunung, saya bertanggung jawab untuk semua secara penuh, untuk diri saya dan orang-orang disekitar saya serta orang-orang dibawah sana yang merindukan saya, keluarga maksudnya. Saya belajar tentang arti hidup. “Hidup adalah keberanian menghadapai tanda tanya, tanpa bisa menawar tanpa bisa memilih maka terimalah dan hadapilah” kata Soe Hok Gie. Kalimat itu yang menjadi inspirasi saya dalam hidup ini. Mungkin terdengar naif, namun itu pilihan saya.
Saya mendapatkan banyak hal dari semua itu. Selain keindahan kepada alam untuk mensyukuri dan melestarikan ciptaan Tuhan, saya mendapatkan sahabat, cerita, pengalaman ,dan bahkan ada kisah cinta saya berawal dari gunung (masa lalu). Saya yakin apa yang saya dapat dari gunung suatu saat menjadi cerita yang penuh kenangan dimasa depan. Saya membayangkan ketika sudah berumur saya menceritakan kepada keturunan saya bahwa saya pernah melakukan perjalanan gila. Dan mungkin mereka akan bilang, “sampeyan gendheng ya mbah”, kata itu sering saya gunakan kepada teman saya untuk meledek teman saya. Saat kehangatan dalam perjalanan itu pasti akan sangat saya rindukan.
Secara umum saya adalah orang yang suka kebebasan. Saya tidak suka kalau ada orang lain mencampuri urusan saya, atau malah seperti mensetir saya dengan segala alasannya. Saya tidak suka!!! Meski alasannya untuk kebaikan saya pun saya tidak suka, biarkan saya mencari apa yang baik untuk saya, karena ini hidup saya
Sedari kecil sampai SMA, tidak pernah terpikir oleh saya untuk bercinta dengan atap-atap dunia. Tidak pernah terpikir sedikitpun untuk melakukan perjalanan diluar kebiasaan itu. Berplesiran keluar kota, menginap dihotel mewah, menikmati beragam fasilitas kemewahan bukankah lebih enak daripada naik gunung? Namun selain juga saya tidak suka perilaku hedonis tersebut, saya juga tidak ada beayanya.
Terlepas dari itu semua, saat ini saya merindukan ransel segede menhir menempel mesra dipunggung. Bercengkerama menikmati malam dalam balutan tenda. Bercerita segala hal dengan sahabat saya. Menikmati pemandangan dari ketinggian. Bersahabat dengan dingin. Menyapa belaian dari angin yang berhembus. Berseloroh dalam tawa selama perjalanan. Saya merindukan hal itu, saya merindukan kalian kawan.

Surakarta, 28 Oktober 2010



0 komentar:

Posting Komentar

 
;